Allah swt. sebagai Pencipta
alam semesta dan segala isinya, tidak mungkin mencelakakan ciptaan-Nya. Dalam
berbagai ayat disebutkan bahwa Allah rabbul aalamiin. Imam Ibnul
Jawzi dalam tafsirnya Zaadul Masiir mengatakan bahwa kata “ar-Rab”
mengandung tiga makna: (a) pemilik seperti dikatakan rabbud daar (pemilik
rumah) (a) pemelihara seperti dikatakan rabbusy syai’ (pemelihara
sesuatu) (c) tuan yang ditaati, seperti dikatakan dalam ayat: fayasqi
rabbahu khamra (maka ia memberi tuannya minuman khamer). Semua makna
ini menunjukkan betapa Allah swt. akan menjaga kelestarian ciptaan-Nya sampai
pada saat yang Dia tentukan. Dan untuk mewujudkan kelestarian ini, Allah telah
meletakkan hukum atau sistem mengatur perjalanan segala wujud di alam semesta,
dan jalan hidup manusia.
Islam
Sebagai Way Of Life
Khusus mengenai sistem yang
mengatur jalan hidup manusia Allah menyebutnya dengan nama Al-Islam. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya agama
(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19).
Dalam ayat yang lain:
“Barangsiapa mencari
agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
dari padanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS.
Ali Imran 85).
Ini menunjukkan bahwa hanya
Islam yang Allah akui sebagai jalan hidup manusia. Tanpa Islam manusia akan
celaka. Sebab otak manusia yang Allah ciptakan kapasitasnya bukan untuk
mengarang agama sendiri. Karenanya agama apapaun karangan otak manusia tidak
mungkin bisa menjadi pegangan.
Islam
Agama Fitrah
Lebih jauh, Allah
menciptakan manusia dengan bekal fitrah yang sesuai dengan ajaran-Nya (baca:
Islam). Karenanya manusia sepanjang sejarah tidak akan pernah bisa lari dari
seruan fitrahnya. Bila ia menjauh dari seruan fitrah tersebut, ia pasti akan
meronta-ronta. Kegelisahan demi kegelisahan akan terus mencekam dalam jiwanya.
Tak terhitung kasus yang membuktikan bahwa begitu banyak manusia yang bunuh
diri hanya karena kekeringan jiwa, padahal secara kebutuhan materi mereka bisa
dikatakan terpenuhi. Hasil penelitian WHO, seperti diungkap harian Republika
11/10/2006, membuktikan bahwa 873 ribu manusia melakukan bunuh diri di dunia
setiap tahunnya. Dan setiap 45 tahun terakhir angka tersebut rata-rata naik
60%. Bahkan di Jepang -negara yang terkenal maju secara teknologi- sempat
terdata bahwa angka bunuh diri dalam satu tahun mencapai 30 ribu orang. Sebab
utama tindakan bunuh diri ini rata-rata karena ketercekaman jiwa. Tidak hanya
ini yang mereka lakukan, di internet begitu banyak jumlah situs yang
mengajarakan bagaimana seseorang melakukan bunuh diri dengan cepat. Betapa
kenyataan ini semua menunjukkan bahwa manusia benar-benar diambang
kehancurannya ketika tidak mengikuti Islam. Mereka tidak akan pernah bahagia di
dunia maupun di akhirat tanpa kembali kepada Islam. Sebab hanya Islam yang
Allah seting paling sesuai dengan panggilan fitrahnya.
Karena itulah, sekalipun
manusia berusaha menghancurkan Islam sepanjang sejarah, Islam tidak akan pernah
musnah. Dibanding agama-agama lain, Islam adalah agama yang paling banyak
dimusihi. Allah berfriman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang)
dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan
bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah
orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” Al-Anfal 36).
Dalam surat Ath Thariq 15:
“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan
tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya.”
Di ayat lain:
“Mereka ingin hendak
memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah
tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS.
Ash-Shaf 8).
Tetapi Allah berjanji bahwa
sampai kapanpun manusia tidak akan pernah berhasil melakukan tindakan makarnya.
Allah berfirman:
“Dialah yang telah
mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al Qur’an) dan agama yang benar
untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.” (QS. At-Taubah 33).
Perhatikan ketika Allah
yang menjamin untuk menjaga agama ini, nampak bahwa segala upaya yang ditempuh
para musuh, Allah mentahkan. Lebih dari itu, jumlah pemeluknya justru semkain
bertambah dari masa ke masa. Ini adalah fakta yang membuktikan bahwa manusia
cerdas masa depan pasti akan kembali kepada Islam. Mereka tidak akan pernah
menerima agama yang tidak otentik dan tidak sesuai dengan fitrahnya. Mereka
pasti akan segera mengkritisi berbagai penyimpangan yang terdapat dapat ajaran
agama-agama tersebut.
Islam
Agama Kemanusiaan
Islam adalah agama yang sangat
menghargai kemanusiaan. Karenanya dalam Islam setiap prilaku yang yang tidak
manusiawi harus diperangi. Tidak ada dalam Islam pembedaan antar sesama muslim
hanya karena perbedaan kulit atau ras. Pun tidak ada perbedaan antara laki-laki
dan perempuan, semua muslim adalah sama sederajat seperti barisan gigi sisir.
Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Hanya kwalitas ketaqwaan yang
membedakan di antara mereka. Artinya siapa yang paling tinggi derajat
ketakwaannya, dialah yang paling tinggi derajat kemanusiaanya di sisi Allah.
Dalam beribadah pun Islam
melarang cara-cara beribadah yang tidak manusiawi. Rasulullah saw. pernah suatu
saat menegur tiga orang sahabatnya yang masing-masing ingin melakukan ibadah
dengan cara tidak manusiawi: Yang pertama ingin menegakan shalat malam dan
tidak tidur, yang kedua, ingin berpuasa dan tidak berbuka dan yang ketiga tidak
ingin menikah. Lalu Rasulullah saw. dalam tergurannya tersebut menyebutkan:
“Akan tetapi aku
berpuasa dan berbuka, aku juga tidur dan menikah. Maka barangsiapa menolak
sunnahku bukan termauk golonganku.” (Ahmad).
Ini menunjukkan bahwa
Rasulullah saw. memberikan contoh yang manusiawi dalam beribadah. Dengan kata
lain seperti yang dikatakan Imam An nawawi al iqtishaad fil ibadah artinya
tidak terlalu menyepelekan dan tidak terlalu menyiksa diri di luar batas
kemanusiaannya (lihat Riyadhush shaalihiin, Imam An nawawi, Darul
Warraq 1996, h.7).
Syeikh Abul Hasan An Nadwi,
seorang pemikir muslim dari India, menulis sebuah buku judulnya ” maadzaa
khasiral aalam bin khthaathil muslimiin” (kerugian yang menimpa manusia
karena keterpurukan umat Islam). Ini menunjukkan bahwa manusia tidak akn pernah
menemukan kemanusiaanya selama tidak kembali kepada islam. Terbukti memang
bahwa manusia tanpa Islam, benar-benar hidup dalam kebingungan. Disebutkan
dalam buku tersebut bahwa pada zaman jahiliah -sebelum datangnya Islam- kaum
wanita didzalimi. Mereka tidak mendapatkan hak-hak kemanusiaannya sama sekali.
Tidak sedikit dari putri-putri mereka yang dibunuh hidup-hidup. Jauh sebelum
itu di Ramawi pada abad ke VI masehi manusia sungguh terpuruk dalam
kebinatangan. Tontonan yang paling menyenangkan pada waktu itu adalah
pertarungan yang berdarah-darah dan bahkan tidak sedikit yang harus melayangkan
nyawanya. Para gladiator diadu dengan sesama mereka, atau mereka dipaksa harus
bertarung melawan binatang buas seperti singa dan lain sebagainya. Suatu
pertarungan yang menunjukkan tingkat kejamnya manusia terhadap kemanusiaannya
sendiri. Dengan kata lain di sana nampak bahwa manusia benar-benar tidak ada
harganya sama sekali.
Islam
Agama Yang Menegakkan Keseimbangan
Di dalam Islam manusia
menemukan dirinya benar-benar diperlakukan secara seimbang: (a) Seimbang antara
fisik dan ruhani. Artinya tidak seperti agama lain yang cendrung menghilangkan
makna keseimbangan ini. Sebagian agama cendrung meletakkan manusia sebagai
mahluk ruhani saja, sehingga ia dilarang memenuhi kebutuhannya fisiknya,
seperti tidak boleh menikah dan lain sebagainya. Sebagian yang lain cendrung
menyikapi manusia sebagai mahluk fisik saja, sehingga ia diajarkan menyembah
materi, bukan menyembah Allah yang ghaib. Tuhan mereka divisualisasaikan
menjadi patung. Hidup mereka bergelimang materi tanpa ada unsur ruhaninya sama
sekali. Islam tidak demikian. Islam meletakkan manusia sebagai mahluk fisik dan
ruhani sekaligus. Tidak ada dalam Islam hak-hak kemanusiaan yang digerogoti.
Semuanya, baik fisik maupun ruhani dipenuhi secara seimbang.
Perhatikan Rasululllah saw.
sebagai contoh yang paling konkrit dalam hal ini. Ia berpuasa dan juga berbuka,
ia juga menikah dan mengurus istri-istrinya, pun ia juga shalat malam dan
tidur. Jadi tidak ada yang diabaikan dari hak-hak fisik dan ruhani. Bahkan
Rasulullah bersabda: “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai
oleh Allah dari pada seorang mukmin yang lemah” (HR. Muslim no. 4816) Ini
menunjukkan perhatiannya kepada pentingnya pembinaan fisik, lalu dalam hadits
ketika menegaskan tetantang hakikat ihsan ia bersabda: “hendaknya kau menyembah
Allah sekan melihatNya, dan jika tidak, ingatlah bahwa Ia melihamu” (HR. Muslim
no 8). Ini menggambarkan bagaimana seharusnya manusia membina ruhaninya.
Dalam kesempatan lain
Rasulullah saw. pernah mengucapkan:
“Celakalah mutanath
thi’uun tiga kali.” (HR. Muslim no 2670).
Artinya celaka orang-orang
yang berlebih-lebihan dalam beribadah. Bahkan suatu saat ketika Aisyah memberitahukan
mengenai seorang wanita yang berlebih-lebihan dalam menegakkan shalat,
Rasulullah saw. segera menegurnya: “hendaknya kau mengerjakan itu sebatas
kemampuanmu, dan Allah tidak akan pernah bosan (memberikan pahala yang setimpal
dengan amalmu) sampai kau sendiri yang bosan”. (HR. Bukahri 3/31, Muslim no
785). Ini semua menunjukkan betapa mempertahankan keseimbangan antara jasmani
dan ruhani adalah inti ajaran Islam.
(b) Seimbang antara dunia
dan akhirat. Islam mengajarkan bahwa manusia diciptakan bukan untuk di dunia
saja melainkan juga di akhirat. Bahkan tujuan hidup manusia sebenarnya untuk
akhirat, Allah berfirman:
“Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Al-Qashash: 77).
Jadi berdasarkan ini dunia
hanyalah keperluan. Sebab kehidupan hakiki yang seharusnya manusia capai adalah
akhirat, Allah berfirman:
“Dan tiadalah kehidupan
dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah
yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-Ankabuut:
64).
Konsep keseimbangan ini
tentu sangat berbeda dengan konsep materialisme yang hanya mengajarkan manusia
menjadi mahluk materlistis. Sebab materialisme hanya membuat manusia menjadi
seperti komoditi yang diperjual belikan, atau seperti mesin yang dipaksa harus
bekerja siang dan malam tanpa ada kesempatan untuk ibadah dan berdzikir. Secara
ruhani ia pasti akan mengalami kekeringan. Akibatnya ia akan menderita tidak
hanya di dunia melainkan lebih dari itu di kahirat. Perhatikan Allah berfriman:
“Dan barangsiapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS.
Thaha 124).
Dalam ayat yang lain Allah
menggambarkan kesalapahaman orang-orang kafir yang hanya sibuk membangun dunia:
“Tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah
lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la 16-17).
Di sini nampak bahwa
mengutamakan dunia saja adalah langkah yang salah, melainkan harus keduanya
dipersiapkan secara seimbang.
Adanya
Bisyaraat (kabar gembira)
Allah berfirman:
“Musa berkata kepada
kaumnya, ‘Minta tolonglah kalian kepada Allah dan
bersabarlah. Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang
baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al A’raf 128).
Ayat ini menunjukkan bahwa
kemenangan akan diberikan kepada hamba-hambaNya yang bertakwa. Maksudnya adalah
Islam dan umatnya. Dan ini pasti terjadi cepat atau lambat, sebab Allah tidak
pernah mengingkari janji. Allah berfirman: “innallaaha laa yukhliful
mii’aad (sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji.” Ali Imran
9.
Rasulullah saw. dalam
banyak kesempatan seringkali juga memberikan bisyarat ini. Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya Allah telah mengumpulkan untukku dunia, maka aku menyaksikannya
dari ujung timur dan barat, dan kerajaan umatku akan melampaui timur dan barat
seperti yang dikumpulkan untukku, dan aku diberi dua kekayaan (emas dan perak
atau kekayaan dua kerajaan Romawi dan Persia) (HR. Muslim no. 5144). Dalam
hadits yang lain Rasulullah saw. bersabda: “berilah kabar gembira kepada umatku
dengan kemenangan, ketenangan di negerinya, pertolongan Allah, dan kemulyaan
agamanya, siapa yang menjadikan amal akhiratnya untuk dunia, maka ia tidak akan
mendapatkan apa-apa di akhirat” (HR. Imam Ahmad no 20273).
Penutup
Seluruh yang kita sebutkan
di atas, menjadi bukti nyata bahwa Islam adalah agama masa depan. Sampai
kapanpun manusia tetap akan membutuhkannya. Sebab ia adalah way of life,
dan suara firahnya. Dengan Islam manusia akan memperlakukan dirinya sebagai
manusia. Dan di saat yang sama ia akan bisa menajalani hidupnya secara seimbang
di muka bumi. Lebih-lebih Allah dan Rasul-Nya telah menjanjikan bahwa Islam dan
umatnya pasti akan menang. Dan Allah tidak pernah mengingkari janjiNya.
Tetapi semua ini tidak bisa
dicapai dengan hanya mengkahyal. Islam adalah pedoman hidup, yang harus
diamalkan. Umat Islam harus bergerak untuk mengamalkannya tidak hanya
dipojok-pojok masjid melainkan harus merambah ke dataran kehidupan nyata denga
segala dimensinya; politik, sosial, budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Inilah
Islam yang diyakini Rasulullah saw dan sahabat-sahabatnya. Perhatikan mereka
tidak hanya duduk beribadah di masjid, melainkan terus bergerak menyebarkannya
dan merealisakannya dalam kehidupan nyata, secara integral. Dan dengan upaya
yang integral inilah, Islam dan umatnya benar-benar pernah mampu menalukkan dua
kekuatan super power pada masanya: Romawi dan Persia. Wallahu a’lam
bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar